Kamis, 04 Juni 2009

SAJAK PUTUS CINTA

Mengapa
dulu kucinta kau dengan taruhan nyawa
padahal dirimu cinta tiada rindu tiada
kubela kau dari tusuk belati orang
aku sendiri bagai gila membabi buta
kau pertontonkan auratmu
dan serentak orang-orang berebut menjamahmu
dan seketika kau hendak berlari
tunggang langgang.


Inikah sandiwaramu
kau jebak aku dalam kebencian semua orang
kau hilang kata hilang rasa
tak ada air mata meneteskan sesal
tangisku hanya kau, mengapa kau tak menangis
mengapa tak mengerti bahwa hidup sekarang nestapa.


Baiklah kau tersenyum saja
agar dapat kuterbitkan kebencianku
orang sekampung telah terlanjur membenci
...agar dapat kutinggalkan kau dalam rasa tak teriris.


Inilah kenyataan
agar dapat kau berkelepak bagai burung malam
lilin di tanganku kau rautlah
tak hendak aku membakar diri sendiri
kau berkelanalah dalam duniamu
menempuh hujan gerimis tanpa ratapan cinta.


Inilah malam
pada saat seharusnya kutemui dirimu dalam kesucian
agar dapat ku tinggalkan sepatah kata perpisahan
(lilin itu membakar dirimu sendiri
tak ada gerimis cinta)
mengapa kini kusesalkan membelamu dengan taruhan nyawa
karena cinta itu sebenarnya ada
pada kau yang menyayangiku sebenarnya.


Mengapa ?
Mengapa tak kau katakan bahwa kataku itu menyakitkan
mengapa tak kau buang lilin itu di derasnya air hujan
kau membuatku menyesal berkepanjangan
aku menyayangimu di saat kau tiada...


Bogor
25 Oktober 1996

Tidak ada komentar:

Posting Komentar